
Oleh: Azwar Aripin ( Tokoh Muda / Santri OKU )
Peringatan Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober bukan sekadar agenda seremonial untuk mengenang perjuangan kaum sarungan yang turut menegakkan kemerdekaan Indonesia. Lebih dari itu, momentum ini menjadi refleksi kolektif bangsa terhadap peran strategis santri dan pesantren dalam menjaga nilai moral, membangun peradaban, serta memperkuat karakter kebangsaan, terutama di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
Di era digital saat ini, dunia remaja dan pemuda tengah menghadapi krisis nilai yang cukup serius. Fenomena degradasi moral — seperti menurunnya etika sosial, lunturnya sopan santun, serta meningkatnya perilaku hedonistik — menjadi gejala nyata di berbagai lapisan masyarakat. Dalam konteks inilah, peran santri dan pesantren menjadi sangat penting sebagai benteng terakhir moralitas bangsa.
Pesantren telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menanamkan akhlak, keikhlasan, disiplin, dan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai ini menjadi modal utama untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat, berintegritas, dan berkomitmen terhadap nilai-nilai keislaman serta kebangsaan.










